Nama : Joshua Harold Bintang
NPM : 23212971
Kelas : 1EB17
Dari Kios Kecil, Bisnis Handphone
Pria Ini TriliunanRupiah
Budiarto Halim terpilih sebagai
Enterpreneur of The Year.
Budiarto Halim,
Chief executive officer PT Erajaya Swasembada Tbk terpilih sebagai Enterpreneur
Of The Year versi Ernst & Young. Ia berhasil unggul dalam penilaian para
juri dari enam finalis lainnya yang berasal dari berbagai bidang industri
seperti perkebunan, permesinan, makanan hingga kantong plastik.
Tampaknya, kisah Budi sapaan Budiarto Halim dalam membangun bisnis nya dari Nol hingga saat ini sukses menjadi perusahaan terbuka, dengan pertumbuhan harga saham yang amat baik, menarik perhatian para dewan juri yang merupakan pebisnis-pebisnis sukses di Indonesia.
Jika melihat keadaan Erajaya Swasembada saat ini, mungkin tidak terbayang bisnis bernilai triliunan rupiah ini hanya berasal dari sebuah kios handphone kecil di jalan Rawa Bahagia, sebuah jalan kecil di daerah Grogol, Jakarta Barat, yang mungkin akan selalu diingat Budi.
Di jalan kecil itu, Budi memulai bisnis nya dengan modal nya sendiri. Tepatnya, berapa modalnya saat itu, tidak diingatnya, tapi ia memastikan jumlahnya amat kecil.
“Saya sudah lupa berapa jumlah pastinya, karena sudah lama sekali, tetapi itu amat kecil”, ujar Budi ketika berbincang dengan Vivanews setelah menerima penghargaan di Jakarta, akhir pekan lalu.
Budi memulai bisnis nya dengan melihat peluang yang amat besar di pasar telepon seluler ke depanya. Akhirnya, pada 1996, dia bersama sepupunya membentuk cikal bakal Erajaya Swasembada.
Bisa membawa perusahaan sebesar saat ini, menurut dia, karena melihat perkembangan teknologi ke depan saat itu yang diprediksi semakin pesat, ditambah meningkatnya permintaan terhadap Handphone. “Demand-nya dulu setiap tahun terus meningkat, “ujarnya.
Sebagai perusahaan yang baru merintis, dia menjelaskan, tentu sulit untuk mendapatkan produk dengan nama yang besar ketika itu seperti Samsung, Motorola, dan Sony Ericsson. Akhirnya, Budi melihat Nokia yang belum dikenal oleh orang kala itu.
“Kelas kami sama waktu itu, sama-sama kecil. Jadinya bisa menjalin kesepakatan, “jelasnya.
Seiring tahun berganti, pamor Nokia terus meningkat sampai merajai pasar handphone Indonesia, bahkan dunia.
Kesuksesan Nokia ini tentu berimbang pada usaha Budi. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan itu, ia membentuk jaringan yang lebih besar untuk penjualan Handphone-nya. Ia pun menganggap saat itu posisinya berada di kapal yang tepat pada saat yang tepat.
Ia pun tak menyangkal ada sebagian keberuntungan yang menimpanya. Namun, jika sepenuhnya dikatakan beruntung, dirinya menolak, karena keberuntungan tanpa usaha dan tekad yang keras akan sia-sia.
Budi mengenang, dalam perjalanannya, tentu perseroan memiliki masa-masa sulit dan banyak kendala yang dihadapi. Namun, ada dua hal besar yang terus diingat oleh dirinya.
Pertama, ketika terjadi krisis pada tahun 1998. Budi menyadari, kalau itu bukan hanya dirinya, namun seluruh masyarakat Indonesia mengalami masa sulit itu.
Kedua, pada tahun 2009. Tahun itu, amat diingatnya karena itulah awal mula smartphone BlackBerry mulai booming Di Indonesia.
Setahun kemudian, efek populernya amat dirasakan perusahaan yang kala itu hanya menjual satu merk, yaitu Nokia. “Saat itu, penjualan Nokia amat turun dan perusahaan mengalami gejolak hebat, “kenangnya.
Satu hal yang membuatnya bertahan, menurut Budi, adalah kepercayaan yang terus diberikan para pegawainya kepada perusahaan. Meski perusahaan sedang menghadapi krisis besar, karyawan serta manajemen tetap mendukung dan setia kepada dirinya.
Pada Jumat lalu, saham Erajaya Swasembada sudah mencapai Rp. 2.875. Padahal, ketika awal dilepas, harga saham hanya Rp. 1.000
Dari 90 sentra distribusi yang dipunyai perseroan, kini telah memasok
kebutuhan lebih dari 19 ribu reseller di seluruh Indonesia. Sementara itu,
pendapatan perusahaan tahun ini dari penjualan diperkirakan menembus Rp12, 8
triliun.
Sumber : http://bisnis.news.viva.co.id
0 komentar:
Posting Komentar