Nama : Joshua Harold Bintang
NPM : 23212971
Kelas : 1EB17
Rezeki Bisnis Televisi, Eddy
Sariatmadja masuk daftar Orang Kaya
Makin berkibar setelah SCTV merger dengan Indosiar.
Jejak sukses
Eddy K Sariatmadja, taipan media dengan bendera SCTV bisa dirunut sekitar empat
tahun silam. Saat itu public dikagetkan tukar guling PT London Sumatera
Plantations Tbk milik keluarga Sariatmadja, dan PT Indosiar Karya Mandiri milik
keluarga Salim Grup.
Keluarga Sariatmadja
harus melepas mayoritas saham perusahaan perkebunan kelapa sawit dan karet, PT
PP London Sumatera Indonesia Tbk, ke keluarga Salim untuk mendapat saham
Indosiar. Meski banyak kendala, transaksi dua keluarga besar ini pun kelar.
Pada 13 Mei
2011, keluarga Sariatmadja resmi mengendalikan Indosiar, dan kini menguasai 84,7
% saham. Ini adalah tonggak penting yang mendongkrak kekayaan keluarga
Sariatmadja sehingga kini masuk peringkat ke-40 dari daftar 40 orang terkaya
versi majalah Forbes 2012.
Adalah Eddy
Sariatmadja, 59, salah satu penggagas megatransaksi itu. Dia putra pertama
Mohamad Soeboeb Sariatmadja, pemilik grup media SCTV. Setelah menguasai
Indosiar, Forbes mencatat kekayaan keluarga Sariatmadja kini sekitar US$730
juta, atau sekitar Rp 7 triliun.
Sebenarnya, kekayaan
ini bukan murni dari SCTV dan Indosiar. Keluarga Sariatmadja sudah terlebih
dulu membangun usaha sejak 1983 melalui PT Elang Komputer. Sebagai anak tertua,
Eddy lah yang menjadi motor penggerak bisnis ini.
Elang Komputer
bergerak di bidang distribusi computer. Lama-lama, perusahaan ini memperoleh
kepercayaan menjadi distributor tunggal Compaq. Nama perusahaanya pun berubah
menjadi PT Elang Mahkota Teknologi, atau kerap disebut Emtek.
Meraih gelar
MSc pada 1980 dan B.Eng pada 1978 dari Universitas New South Wales, Sydney,
Australia dalam bidang teknik, membuat Eddy piawai mengendalikan bisnis ini.
Grup Emtek berkembang menjadi kelompok perusahaan modern dan terintegrasi. Grup
ini memiliki 3 divisi utama, yaitu media, telekomunikasi, dan solusi teknologi
Informasi, serta konektivitas.
Divisi media
meliputi dua saluran televisi tidak berbayar, SCTV dan Indosiar, serta satu televisi
local, O-Channel. Konon, SCTV bisa meraup pemirsa lebih dari 160 juta di lebih
dari 240 kota di seluruh Indonesia. Kepemilikan saham keluarga Sariatmadja di
stasiun ini melalui PT Omni Intivision, PT Indosiar Karya Media Tbk, dan PT
Surya Citra Media Tbk.
Bisnis televisi
ini lumayan gurih bagi Eddy Sariatmadja. Tengok saja PT Surya Citra
Media(SCMA), perusahaan pemilik stasiun televise SCTV. Pada 2011, perusahaan
itu membukukan laba bersih Rp.382,63 miliar di semester pertama, dengan
pendapatan bersih Rp.1,115 triliun.
Dalam menjalankan
konglomerasi ini, Eddy dibantu dua adik laki-lakinya, Fofo dan Darwin
Sariatmadja.
Saham Meroket
Sejak kabar bergabungnya Indosiar
ke Grup Emtek bertiup, saham PT Surya Cita Media Tbk pun merangkak naik.
Pada awal 2009 hanya sekitar Rp300-400. Tapi pada akhir Oktober tahun itu
melonjak hingga 2.650 persen, menjadi sekitar Rp11.000.
Namun, pada akhir Oktober perusahaan memecah nilai saham 1:5 menjadi sekitar Rp2.200. Tentu saja, kapitalisasi SCTV melonjak tajam sepanjang empat tahun terakhir ini, dan mengangkat kekayaan keluarga Sariatmadja yang mengendalikan 85,5 persen melalui Emtek.
Begitu juga saham Indosiar yang saat di bawah Grup Salim tidur, juga langsung bangkit. Harga saham yang hanya sekitar Rp20-25, langsung meroket menjadi Rp6.100 pada Juli 2011. Terpaksa, saham yang mahal ini dipecah menjadi seperlima pada akhir September.
Aksi korporasi besar ini juga membawa saham induk usahanya, Emtek, terus melambung. Sejak kali pertama diperdagangkan pada 12 Januari 2010 sebesar Rp720 kini telah melonjak 580 persen lebih. Tentu, rezeki bisnis televisi ini kian memperbesar pundi kekayaan Eddy Sariatmadja.
Namun, pada akhir Oktober perusahaan memecah nilai saham 1:5 menjadi sekitar Rp2.200. Tentu saja, kapitalisasi SCTV melonjak tajam sepanjang empat tahun terakhir ini, dan mengangkat kekayaan keluarga Sariatmadja yang mengendalikan 85,5 persen melalui Emtek.
Begitu juga saham Indosiar yang saat di bawah Grup Salim tidur, juga langsung bangkit. Harga saham yang hanya sekitar Rp20-25, langsung meroket menjadi Rp6.100 pada Juli 2011. Terpaksa, saham yang mahal ini dipecah menjadi seperlima pada akhir September.
Aksi korporasi besar ini juga membawa saham induk usahanya, Emtek, terus melambung. Sejak kali pertama diperdagangkan pada 12 Januari 2010 sebesar Rp720 kini telah melonjak 580 persen lebih. Tentu, rezeki bisnis televisi ini kian memperbesar pundi kekayaan Eddy Sariatmadja.
Sumber : http://bisnis.news.viva.co.id
0 komentar:
Posting Komentar